Minggu, 16 Juni 2013

Lampung


Lampung lahir pada tanggal 18 Maret 1964 dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 3/1964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor 14 tahun 1964. Sebelum itu Provinsi Lampung merupakan Karesidenan yang tergabung dengan Provinsi Sumatera Selatan.

Asal usul bangsa Lampung adalah dari Sekala Brak yaitu sebuah Kerajaan yang letaknya di dataran Belalau, sebelah selatan Danau Ranau yang secara administratif kini berada di Kabupaten Lampung Barat. Dari dataran Sekala Brak inilah bangsa Lampung menyebar ke setiap penjuru dengan mengikuti aliran Way atau sungai-sungai yaitu Way Komring, Way Kanan, Way Semangka, Way Seputih, Way Sekampung dan Way Tulang Bawang beserta anak sungainya, sehingga meliputi dataran Lampung dan Palembang serta Pantai Banten.
Sekala Brak memiliki makna yang dalam dan sangat penting bagi bangsa Lampung. Ia melambangkan peradaban, kebudayaan dan eksistensi Lampung itu sendiri. Bukti tentang kemasyuran kerajaan Sekala Brak didapat dari cerita turun temurun yang disebut warahan, warisan kebudayaan, adat istiadat, keahlian serta benda dan situs seperti tambo dan dalung seperti yang terdapat di Kenali, Batu Brak dan Sukau. Kata LAMPUNG sendiri berawal dari kata Anjak Lambung yang berarti berasal dari ketinggian ini karena para puyang Bangsa Lampung pertama kali bermukim menempati dataran tinggi Sekala Brak di lereng Gunung Pesagi.
Dilereng Gunung Pesagi didapati situs seperti batu batu bekas Negeri atau Pekon kuno, tapak bekas kaki, pelataran peradilan dan tempat eksekusi, serta Prasasti yang terpahat pada batuan. Dari sebuah batu yang bertarikh 966 Caka yang terdapat di Bunuk Tenuar Liwa, ternyata telah ada suku bangsa yang beragama Hindu telah menjadi penghuni didataran Lampung. Didalam rimba rimba ditemukan parit parit dan jalan jalan bekas Zaman Hindu bahkan pada perkebunan tebu terdapat batu batu persegi dan diantaranya didapat batuan berukir yang merupakan puing candi.
Tafsiran para ahli purbakala seperti Groenevelt, L.C.Westernenk dan Hellfich didalam menghubungkan bukti bukti memiliki pendapat yang berbeda beda namun secara garis besar didapat benang merah kesamaan dan acuan yang tidak diragukan didalam menganalisa bahwa Sekala Brak merupakan cikal bakal bangsa Lampung.
Dalam catatan Kitab Tiongkok kuno yang disalin oleh Groenevelt kedalam bahasa Inggris bahwa antara tahun 454 dan 464 Masehi disebutkan kisah sebuah Kerajaan Kendali yang terletak diantara pulau Jawa dan Kamboja. menurut catatan kitab, masyarakat Kendali ini mempunyai adat istiadat yang sama dengan bangsa Siam dan Kamboja. Baginda dari Kendali-Sapanalanlinda mengirimkan seorang utusan yang bernama Taruda ke negeri Tiongkok dengan membawa hadiah emas dan perak, utusan yang demikian dikirim berturut turut hingga abad ke enam.
Menurut L.C. Westenenk nama Kendali ini dapat kita hubungkan dengan Kenali ibukota kecamatan Belalau sekarang. Nama Sapalananlinda itu menurut kupasan dari beberapa ahli sejarah, dikarenakan berhubung lidah bangsa Tiongkok tidak fasih melafaskan kata Sribaginda, ini berarti Sapanalanlinda bukanlah suatu nama.
Berdasarkan Warahan dan Sejarah yang disusun didalam Tambo, dataran Sekala Brak tersebut pada awalnya dihuni oleh suku bangsa Tumi yang menganut faham animisme. Suku bangsa ini mengagungkan sebuah pohon yang bernama Belasa Kepampang atau nangka bercabang karena pohonnya memiliki dua cabang besar, yang satunya nangka dan satunya lagi adalah sebukau yaitu sejenis kayu yang bergetah.
Keistimewaan Belasa Kepampang ini bila terkena cabang kayu sebukau akan dapat menimbulkan penyakit koreng atau penyakit kulit lainnya, namun jika terkena getah cabang nangka penyakit tersebut dapat disembuhkan. Karena keanehan inilah maka Belasa Kepampang ini diagungkan oleh suku bangsa Tumi.
Diriwayatkan didalam Tambo empat orang Putera Raja Pagaruyung tiba di Sekala Brak untuk menyebarkan agama Islam. Fase ini merupakan bagian terpenting dari eksistensi masyarakat Lampung. Keempat Putera Raja ini masing masing adalah:
1. Umpu Bejalan Di Way
2. Umpu Belunguh.
3. Umpu Nyerupa.
4. Umpu Pernong.
Umpu berasal dari kata Ampu seperti yang tertulis pada batu tulis di Pagaruyung yang bertarikh 1358 A.D. Ampu Tuan adalah sebutan Bagi anak Raja Raja Pagaruyung Minangkabau. Setibanya di Skala Brak keempat Umpu bertemu dengan seorang Muli yang ikut menyertai para Umpu dia adalah Si Bulan. Di Sekala Brak keempat Umpu tersebut mendirikan suatu perserikatan yang dinamai Paksi Pak yang berarti Empat Serangkai atau Empat Sepakat.
Setelah perserikatan ini cukup kuat maka suku bangsa Tumi dapat ditaklukkan dan sejak itu berkembanglah agama Islam di Sekala Brak. Sedangkan penduduk yang belum memeluk agama Islam melarikan diri ke Pesisir Krui dan terus menyeberang ke pulau Jawa dan sebagian lagi ke daerah Palembang.
Dataran Sekala Brak yang telah dikuasai oleh keempat Umpu yang disertai Si Bulan, maka Sekala Brak kemudian diperintah oleh keempat Umpu dengan menggunakan nama PAKSI PAK SEKALA BRAK. Inilah cikal bakal Kerajaan Sekala Brak yang merupakan puyang bangsa Lampung. Kerajaan Sekala Brak mereka bagi menjadi empat Marga atau Kebuayan yaitu:
1. Umpu Bejalan Di Way memerintah daerah Kembahang dan Balik Bukit dengan Ibu Negeri Puncak, daerah ini disebut dengan Paksi Buay Bejalan Di Way.
2. Umpu Belunguh memerintah daerah Belalau dengan Ibu Negerinya Kenali, daerah ini disebut dengan Paksi Buay Belunguh.
3. Umpu Nyerupa memerintah daerah Sukau dengan Ibu Negeri Tapak Siring, daerah ini disebut dengan Paksi Buay Nyerupa
4. Umpu Pernong memerintah daerah Batu Brak dengan Ibu Negeri Hanibung, daerah ini disebut dengan Paksi Buay Pernong.
Sedangkan Si Bulan mendapatkan daerah Cenggiring namun kemudian Si Bulan berangkat dari Sekala Brak menuju kearah matahari hidup. Dan daerah pembagiannya digabungkan ke daerah Paksi Buay Pernong karena letaknya yang berdekatan.
Suku bangsa Tumi yang lari kedaerah Pesisir Krui menempati marga marga Punggawa Lima yaitu Marga Pidada, Marga Bandar, Marga Laai dan Marga Way Sindi namun kemudian dapat ditaklukkan oleh Lemia Ralang Pantang yang datang dari daerah Danau Ranau dengan bantuan lima orang punggawa dari Paksi Pak Sekala Brak. Dari kelima orang punggawa inilah nama daerah ini disebut dengan Punggawa Lima karena kelima punggawa ini hidup menetap pada daerah yang telah ditaklukkannya.
Agar syiar agama Islam tidak mendapatkan hambatan maka pohon Belasa Kepampang itu akhirnya ditebang untuk kemudian dibuat PEPADUN. Pepadun adalah singgasana yang hanya dapat digunakan atau diduduki pada saat penobatan SAIBATIN Raja Raja dari Paksi Pak Sekala Brak serta keturunan keturunannya. Dengan ditebangnya pohon Belasa Kepampang ini merupakan pertanda jatuhnya kekuasaan suku bangsa Tumi sekaligus hilangnya faham animisme di kerajaan Sekala Brak. Sekitar awal abad ke 9 Masehi para Saibatin Raja Raja di Sekala Brak menciptakan aksara dan angka tersendiri sebagai Aksara Lampung yang dikenal dengan Had Lampung.
Ada dua makna didalam mengartikan kata Pepadun, yaitu:
1. Dimaknakan sebagai PAPADUN yang maksudnya untuk memadukan pengesahan atau pengakuan untuk mentahbiskan bahwa yang duduk diatasnya adalah Raja.
2. Dimaknakan sebagai PAADUAN yang berarti tempat mengadukan suatu hal ihwal. Maka jelaslah bahwa mereka yang duduk diatasnya adalah tempat orang mengadukan suatu hal atau yang berhak memberikan keputusan.
.
Awal Berdirinya Menara Siger

Menara Siger didesain oleh Ir. Anshori Djausal, seorang dosen dari fakultas teknik Universitas Lampung. Anshori Djausal mendesain menara Siger dengan mengambil nilai-nilai budaya lokal dan filosofi dari masyrakat Lampung yang bisa terlihat dari bangunan menara Siger itu sendiri.
Filosofi ini tercermin pada berbagai bagian yang membentuk bangunan menara Siger. Setiap bagian yang menyusun bangunan menara mempunyai makna tertentu. Puncak menara Siger berbentuk seperti payung yang mempunyai tiga warna, yaitu putih, kuning, dan merah.
Puncak menara ini melambangkan payung tradisional tiga warna masyarakat Lampung yang merupakan simbol tatanan sosial masyarakat adat daerah setempat. Pada bagian dalam bangunan Menara Siger terdapat Prasasti Kayu Are. Pohon Are merupakan simbol masyarakat Lampung yang melambangkan pohon kehidupan.
Jika anda menebak bahwa desain menara Siger meniru mahkota Siger yang bisa anda temukan dari pakaian adat Lampung, maka tebakan tersebut tepat. Siger adalah mahkota yang biasa dikenakan oleh perempuan dalam busana adat Lampung. Biasanya mahkota Siger ini oleh mempelai perempuan dalam acara pernikahan.
Sesuai dengan namanya, menara Siger itu sendiri terinspirasi dari mahkota yang biasanya dikenakan oleh pengantin tersebut. Bangunan dari menara Siger mempunyai sembilan buah punuk.
Punuk yang berjumlah sembilan ini melambangkan sembilan macam bahasa yang digunakan di Lampung. Punuk yang menghiasi atap bangunan menara Siger diberi cat berwarna kuning. Warna kuning ini diambil dari warna emas dari mahkota Siger.
Pada bangunan menara Siger terdapat juga hiasan dengan corak kain Tapis khas Lampung. Kain Tapis adalah kain tenun tradisional masyarakat Lampung untuk perempuan. Kain ini terbuat dari katun yang mempunyai motif salur yang terbuat dari benang sugi, perak, atau emas.
Tergantung dari jenis benang dan rumitnya pengerjaan motif, kain Tapis bisa mencapai harga jutaan rupiah. Motif yang terdapat pada kain Tapis inilah yang digunakan sebagai hiasan menara Siger.
Berdiri diatas sebuah bukit setinggi 110 meter diatas permukaan laut. Dari bukit yang menjulang tinggi disebelah barat pelabuhan Bakauheni ini, menara Siger bisa terlihat dari kejauhan. Terutama bila anda datang ke Lampung melalui pelabuhan Bakauheni.
Pantulan cahaya matahari ke atap menara Siger yang berwarna kuning menandakan bahwa anda sebentar lagi akan sampai ke Lampung. Seakan-akan menara ini melambai-lambai dari kejauhan untuk menyambut kedatangan anda. Karena lokasinya yang berada di ujung Lampung, maka menara Siger juga dijadikan sebagai titik nol Sumatera.
Lansekap Menara Siger Dilihat Dari Atas
Menara Siger diresmikan pada tanggal 30 April 2008. Membutuhkan waktu 3 tahun dengan biaya mencapai Rp 15 milyar untuk menyelesaikan pembangunan menara Siger. Acara peresmian itu sendiri dihadiri oleh berbagai duta besar negara sahabat, seperti dari Kroasia, Sri Lanka, Jepang, Palestina, Afganistan, Singapura, dan Filipina.
Tidak lupa acara peresmian ini juga dihadiri oleh keluarga Kesultanan Banten dan Kanoman Cirebon. Dimasa lalu Nusantara dikuasai oleh banyak sekali Sultan, dimana Kesultanan terbesarnya menaungi berbagai Sultan yang ada di Nusantara.
Dengan didirikannya menara Siger, sekarang Lampung mempunyai ikon kebanggaan mereka sendiri. Seperti ikon daerah lain misalnya Jakarta dengan monas dan Palembang dengan jembatan Amperanya.
Ketika ingin memasuki menara Siger, anda akan disambut dengan puluhan anak tangga dihadapan pintu masuk menara. Tepat diatas pintu masuk menara terdapat semacam gapura berwarna merah dengan bentuk yang mirip dengan menara dibelakangnya. Menara Siger akan difungsikan sebagai tempat persinggahan bagi mereka yang baru datang melalui pelabuhan Bakauheni.
Area parkir dari menara itu sendiri sanggup menampung 2 ribu mobil. Hanya saja pemerintah lokal sepertinya perlu menambahkan beberapa fasilitas tambahan agar bisa menjadi area persinggahan. Fasilitas yang mungkin dibutuhkan seperti barak peristirahatan, toilet, dan juga musholla.
Apalagi bila mendekati masa mudik. Pada saat ini pelabuhan Bakauheni akan dipenuhi oleh ribuan pemudik setiap harinya. Dimana mereka bisa singgah sebentar di menara Siger untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke berbagai daerah di Sumatera melalui jalan Trans Sumatera.
Prasasti Berdiri Tegak di Area Menara Siger
Selain rencananya difungsikan sebagai tempat persinggahan para pemudik yang ingin pulang melalui pelabuhan Bakauheni, menara Siger juga merupakan lokasi favorit masyarakat sekitar untuk menunggu saat berbuka pada bulan puasa.
Biasanya masyarakat setempat akan berkumpul menikmati pemandangan dari ketinggian bukit dimana menara Siger berdiri, sambil menunggu waktunya berbuka puasa.
Pendirian menara Siger merupakan bagian dari pembangunan Jembatan Selat Sunda. Jembatan ini rencananya akan menghubungkan dua pulau besar di Indonesia, yaitu pulau Sumatera dengan Jawa. Ini proyek besar, lebih besar dari proyek pembangunan jembatan Suramadu yang menghubungkan pulau Jawa dengan Madura.
Menara Siger yang sudah tegak berdiri pada tahun 2008 akan menjadi penanda awal pembangunan jembatan selat Sunda. Ketika sudah berdiri jembatan ini akan meningkatkan volume perdagangan antar kedua pulau. Karena truk pengangkut besar bisa langsung menyeberangi selat Sunda tanpa harus mengantri panjang di pelabuhan Merak-Bakauheni seperti yang terjadi saat ini.

 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar